MEMASUKI permulaan hari Selasa, 2 April 2013, saat mata masih terbelalak. Tanpa sengaja pandangan saya tertuju di layar Blackberry. Pada sebuah status BBM (Blackberry Messenger) saya terfokus. Itu status membuat saya tersenyum, bahkan tertawa di tengah malam menjelang dini hari itu.
Begini bunyi statusnya: PLN Tanjungpinang “Cabul”, Suka Menggilir.
Kebetulan malam itu, nyaris semua sahabat BBM saya di Tanjungpinang menulis tentang kondisi listrik yang hidup, mati, lalu hidup lagi alias byar pet. Dan rata-rata semua status bernada keluhan, marah dan menghujat.
Tentulah dapat kita pahami, karena penerangan PLN merupakan kebutuhan yang tak terhindarkan. Kalau listrik mati, semua kegiatan terkendala. Apalagi kalau sebentar mati, sebentar hidup, dan durasi matinya cukup lama pula.
Status PLN Tanjungpinang Cabul, Suka Menggilir itu menggerakkan hati saya untuk membuka laptop. Menginspirasi saya untuk menulis. Sempat juga saya BBM yang membuat status tersebut, bahwa saya akan menulis tentang PLN.
Balasan BBM nya ke saya hanya gambar emoticon tertawa ngakak. Tak lama kemudian masuk lagi balasan BBM. “Sudah jadi tulisan itu, Ketua”. Dan saya jawab segera siap dan nanti saya kirim lewat email.
Malam dini hari itu juga, saya sempat BBM dengan sahabat yang merupakan salah satu wartawan media nasinonal untuk tukar pendapat tentang kondisi listrik. Jawabnya; “Susah bang jika kita bicara tentang PLN”.
Soal listrik PLN yang hidup mati ini membawa ingatan saya kembali ke beberapa tahun lalu. Saat itu kondisi listrik Kota Tanjungpinang dalam satu hari bisa mati sampai tiga kali sehingga membuat barang-barang elektronik masyarakat banyak yang rusak. Para pedagang ikan mengeluh banyak ikannya yang cepat membusuk karena kulkas tidak berfungsi.
Ibu-ibu rumah tangga juga demikian, keluhannya sama; banyak alat elektronik rusak. Dan banyak pula yang berkomentar, “Apa PLN mau bertanggungjawab terhadap kondisi kerusakan alat elektronik kami?”. Sebab, PLN sering mengancam akan memutuskan aliran listrik jika terlambat membayar tagihan. Sementara kalau pelayanannya suka hidup mati, bagaimana pula?
Pemadaman listrik yang tidak beraturan di Tanjungpinang kala itu membuat kemarahan masyarakat memuncak. Berbagai lapisan mulai dari ibu-ibu rumah tangga, mahasiswa, pedagang, dan organisasi massa bersama-sama mendatangi kantor PLN. Mereka ingin tau, apa sebenarnya penyebab listrik hidup mati.
Apa jawaban PLN? Seperti biasanya, melontarkan permintaan maaf dan berlindung dibalik alasan kekurangan daya. Mereka berargumen mesin-mesin PLN banyak yang sudah tua sehinggan perlu perawatan dan memerlukan waktu yang lama untuk dapat benar-benar menerangi Kota Tanjungpinang.
Pernyataan itu membuat emosi massa meledak. Mereka menyandera pimpinan PLN kala itu, dan menjemurnya di bawah tiang bendera. Untung saja tak ada tindakan anarkis yang membuat pimpinan PLN cedera. Berita tentang dijemurnya pimpinan PLN itu akhirnya sampai juga di telinga Dirut PLN yang waktu itu dijabat oleh Dahlan Iskan, kini Menteri BUMN.
Kejadian beberapa tahun lalu itu hampir sama dengan saat ini. PLN kembali membuat penyakit memadamkan listrik sesuka hati. Dalam satu hari kadang-kadang macam orang minum obat; tiga kali. Alasannya sama; mesin-mesin PLN dalam masa perawatan sehingga kekurangan daya yang berujung pemadaman bergilir terpaksa dilakukan.
Mungkin PLN Tanjungpinang lupa, alasan seperti ini sudah pernah digunakan. Atau mungkin masyarakat perlu demo lagi agar ada perubahan untuk menerangi Kota Tanjungpinang. Ini sebuah ironi memalukan.
Tanjungpinang adalah pusat Pemerintahan Provinsi Kepri, tapi seperti ibukota sebuah kecamatan gara-gara PLN, gelap gulita. Dan tentulah kalau seperti ini dapat dikategorikan sebuah kemunduran; tak ubahnya zaman dulu yang menggunakan penerangan lampu teplok.
Sejak pemadaman listrik yang tak beraturan ini, saya menerima beberapa pesan singkat, pengaduan masyarakat. Ada yang bilang pemadaman listrik setiap harinya bisa sampai dua kali.
Ada yang melaporkan bahwa pemadaman terjadi hanya pada daerah-daerah tertentu. Dan banyak pertanyaan lainnya yang tentulah tak bisa saya jawab.
Akhirnya saya menghubungi GM dan Humas PLN Tanjungpinang lewat telpon seluler untuk mempertanyakan permasalahan listrik. Jawabannya tetap sama seperti beberapa tahun yang lalu.
Keduanya minta maaf. Dalam benak saya, seandainya permintaan maaf dari PLN berbentuk barang, mungkin sudah bertumpuk-tumpuk, sudah tak muat lagi gudang penyimpanan.
Tapi, apakah selesai dengan minta maaf? Masyarakat tak perlu itu, apalagi terus-terusan. Yang mereka inginkan adalah listrik yang terus menyala. Sebab, mereka sudah membayar tagihan bulanan dibawah ancaman PLN yang akan memutuskan aliran jika pembayaran telat.
Pembicaraan saya lewat telepon dengan petinggi PLN juga membahas tentang proyek interkoneksi kabel bawah laut Batam- Bintan.
Penjelasan yang saya terima membuat saya berpikir, hebat sekali rencana itu. Saya membayangkan, apabila jaringan Batam-Bintan sudah terbangun, listrik 24 jam akan menyala di kedua daerah ini.
Tak ada lagi alasan kekurangan daya, begitu juga alasan mesin PLN sudah tua harus dirawat dan segala macam alasan lainnya oleh PLN Tanjungpinang.Saya sempat sedikit bingung dengan penjelasan petinggi PLN.
Menurut saya, masyarakat tak peduli dengan mimpi interkoneksi PLN itu. Yang mereka pedulikan adalah saat ini listrik menyala tanpa hidup, mati, lalu hidup lagi seprti Kunang-kunang saja PLN.
Dari pembicaraan itu, tak ada yang memuaskan saya sebagai pelanggan PLN. Saya simpulkan, alasan PLN soal daya, mesin yang sudah tua dan terakhir minta maaf, itulah yang berulang-ulang dijelaskan.
Sebagai konsumen, tentulah tak mau tau soal itu. Untuk mendapatkan penerangan PLN, masyarakat sudah membayar. Dan ketika dibayar telat, bukan main garangnya PLN.
Saya hanya menyarankan, PLN Tanjungpinang jangan menggunakan alasan-alasan seperti itu terus-terusan. Lalu memadamkan listrik secara bergiliran sesuka hati.
Sekali atau dua kali mungkin masyarakat masih terima. Tapi kalau itu-itu saja alasannya, bikin geram.
Terakhir saya mengingatkan saja. Ada pepatah “Keledai Saja Tidak akan Jatuh di Lubang Yang Sama”.
(Oleh : Oktavio Bintana/www.tanjungpinangpos.co.id)
About the Author
Posted by Admin
on 19.20. Filed under
Berita
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response
By Admin
on 19.20. Filed under
Berita
.
Follow any responses to the RSS 2.0. Leave a response